Tuesday, July 27, 2010

Manusia Termulia

Setiap benda yang sangat berharga pasti tak banyak, begitulah hidup mengajarkan.

Manusia, begitu banyak. Amat banyak jumlahnya.

Seolah mencari mutiara yang sangat berharga. Dia harus diselami ke dasar laut. Memilikinya sungguh telah menjadi impian berjuta-juta manusia.

Begitulah, jiwa yang penuh kemuliaan. Dia dicari tidak di buih-buih kerumunan banyak manusia. Dia dicari tidak di kehidupan yang serba mudah. Dia dicari tidak di lembut dan empuknya kasur yang mahal. Dia juga tidak dicari di kantong-kantong kemiskinan yang selalu menadahkan tangannya. Tidak berada di antara manusia pemburu dunia.

Akan tetapi jiwa yang mulia itu dicari, diusahakan, dan diminta. Dicari dalam petunjuk-petunjuk Rabb-Nya, diusahakan dalam menjalani petunjuk-petunjuk tersebut. Dan dimintakan kepada Yang Maha Pemberi.

Kemuliaan yang bukan untuk dipamerkan, yang bukan untuk dipuji dan disanjung-sanjung. Tapi kemuliaan yang dihadirkan untuk memuliakan sang Pencipta, Allah Yang Maha Kasih Sayang.

Semakin ia memuliakan-Nya, maka dirinya semakin mulia. Kemuliaan dalam menghinakan diri..
Penghinaan diri di hadapan Allah 'azza wa jalla akan menjadikan dirinya semakin mulia. Siapa yang memuliakannya? Tiada lain Allah Rabbul 'alamin yang telah berfirman:

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
(Al Hujuraat: 13)

Monday, July 26, 2010

Jiwa yang menyesali dirinya

Seperti seorang petarung
Ketika berhasil tegak berdiri berhadapan dengan lawan tarungnya
Kembali ia terjerembab jatuh, dihantam lawannya itu

Jatuh, hingga menyayat hatinya
Namun tak bisa ia membiarkan dirinya jatuh
Ia harus bangkit
Berdiri dan kembali bertarung

Setelah berdiri, kembali dia menghujamkan pukulan-pukulannya
Berusaha terus berusaha
Namun, kembali ia tersungkur meskipun beberapa kali dia sempat berhasil menyungkurkan lawannya

Terus .. terus dan begitu terus

Inilah petarung, pejuang yang tak kenal lelah terus berusaha bangkit..hingga maut memisahkan ruh dengan jasadnya !

Seperti itulah jiwa...
seperi petarung itulah jiwa ini...

Saat hembusan keimanan
Saat hati meresapi keberadaan-Nya
Saat hati lembut, dilembutkan yang Maha Lembut
Saat hati bak tanah yang siap ditaburi benih-benih kebenaran

Dan siap menyongsong akhirat
Menguatkan tekad..

Namun, adakalanya terpaan badai
Kembali menghadang
Bahkan memporak porandakan bangunan keimanan

Dengan pembangkangan
Dengan kemaksiatan

Hancur..hancur..semuanya

Hingga air mata jatuh..
Membanjiri sajadah

Memohon ampunan dengan hati yang mengiba kepada Allah Al Ghofur

Rabbanaaa..
Rabbanaaa..
Hamba telah menzhalimi diri hamba...
Dengan pembangkangan
Dengan kemaksiatan
Lemah hati hamba ini Ya Rabb...

Ampuni hamba yang lemah ini ya Rabb..
Kubutuh ampunan-Mu
Hamba-Mu begitu banyak
Apalah diri ini, diri yang hina...
Yang tiada arti dimata-Mu

Namun, bila Engkau tak mengampuni hamba
Dan Engkau tidak memberikan kasih sayang-Mu
Maka pastilah hamba ini termasuk orang-orang yang merugi..

Siapa pula yang dapat mengampuni selain diri-Mu?

Begitu mengiba
Begitu meratap
Petarung ini...

Ya, dia adalah petarung
Yang berusaha bangkit untuk menang
Melawan siapa?
Tiada lain melawan jiwanya, jiwa yang selalu menyuruhnya kepada kejahatan..
Ia tak akan berhenti melawannya, hingga maut memisahakan ruh dari raganya..

Dari jiwa yang menyuruhnya kepada kejahatan...
Kemudian menjadi jiwa yang selalu meyesali dirinya.. ini lah petarung.. jatuh, kemudian bangkit...jatuh kemudian bangkit...
Dan berharap di akhir hayatnya ia dipanggil..
Wahai jiwa yang tenang..
Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya..
Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,
masuklah ke dalam syurga-Ku

Friday, July 23, 2010

Selama bukan di surga, maka akan selalu ada tangis air mata

Suatu kali saya pernah berfikir ketika melihat teman saya
Yang telah hidup dalam kemapanan
Bekerja dengan gaji yang wah..berlipat-lipat di atas saya
Kendaraan, rumah, isteri, anak..sudah lengkap dimilikinya.

Saya pikir, kebahagiaan itu sudah mutlak baginya
Disepanjang waktu hidupnya.
Dan rasanya, tidak ada lagi yang membuatnya sedih

Ternyata, terlalu dangkal berfikir seperti itu.
Karena saya hanya melihat sedikit sisi dari berbagai sisi kehidupan di dunia ini.

fatamorgana?
Tidak juga, kebahagiaan itu ada.
Namun, masa aktif kebahagiaan sering kali hanya sebentar
Kemudian ada saja, kejemuan, kesedihan, musibah, menelusup ke dalam
Relung-relung kehidupan ini sehingga berderailah air mata, terkadang atau sering juga
Menaikkan urat emosi, marah, jengkel dll.

Itulah dunia dan segala ranah contentnya

Selama bukan di surga, maka akan selalu ada tangis air mata

Thursday, July 22, 2010

Terperangkap syubhat, terpenjara syahwat

Seandainya darah yang mengalir dalam tubuh bisa kita rasakan,
Benar-benar kita rasakan derasnya aliran itu.

Mungkin, sekali lagi mungkin...aku hanya menduga-duga saja.
Ada mahluk lain yang bisa kita rasakan di sela-sela sel-sel darah itu.

Mahluk yang senantiasa mencoba mengambil hati manusia
Dengan rayuannya, dengan godaannya

Mahluk ini mencoba menarik kita ke dalam komunitasnya
Menjadikan manusia sebagai sahabatnya
Yang kelak akan bersama menemaninya di tempat yang kekal abadi
Namun penuh dengan adzab dan kenistaan, tiada lain yaitu Neraka

Mahluk ini yang bernama syaithan.

Darah yang mengalir melalui otak
Dan otak serta akal yang terpengaruh oleh syaithan
Maka merebaklah syubhat-syubhat

Syubhat, atau kerancuan dalam berpikir
Dalam memahami agama
Kerancuan hingga tidak bisa membedakan halal dan haram
Benar dan salah
Atau justeru malah bisa terbolak-balik
Yang halal disangka haram
Yang haram disangka halal
Begitulah syubhat meracuni akal

Darah yang tersusupi syaithan pun
Menjalar ke seluruh anggota tubuh
Bahkan ke panglimanya, yaitu hati

Maka teracuni lah semua anggota tubuhnya
Dengan syahwat
Syahwat hasil rayuan maut syaithan
Godaan akan kenikmatan dibalik syahwat

Akhirnya seorang manusia berakhir pada
Terperangkap syubhat dan terpenjara syahwat...

Tuesday, July 20, 2010

Untuk Anakku, jika kelak engkau besar nanti

Duhai anakku,
Sungguh, berjalannya waktu tak akan terasa

Mungkin engkau membaca ini tatkala rambutku sudah memutih
Mungkin juga, engkau membacanya tatkala aku sudah tiada disisimu

Namun, hanya ada dua pilihan bagimu. Wahai anakku..
Pergunakan waktu ini dengan sebaik-baiknya..
Atau
Jika kau telah banyak lalai darinya
Maka tiada kata terlambat untuk memulainya dengan hal-hal yang bermanfaat bagimu

Anakku, ketahuilah 3 hal yang bermanfaat untukmu
Yang engkau akan menyesalinya tatkala engkau dihadapkan para malaikat Allah
Tatkala engkau diam membisu di hadapan mereka saat engkau ditanya:
"Siapa tuhanmu?"
"Siapa nabimu?"
"Apa agamamu?"

Dan perhatikanlah, wahai anakku. Perhatikan 3 perkara ini:
Kuatkan tauhidmu, dan jangan sekutukan Dia dengan sesuatupun
Jagalah sholatmu, meski dalam keadaan yang menyulitkanmu
Murnikan ibadahmu hanya untuk Allah, dan sesuai tuntunan Rasulullaah Shalallaahu 'alaihi wa salaam

Ku wasiatkan tulisan ini untukmu, agar engkau selamat dunia dan akhirat
Dan menjadi bekalku kelak di yaumul akhir nanti

Jembatan Kehidupan

Awal jembatan itu adalah kelahiran
Akhir dari jembatan itu adalah kematian

Maka, kemanakah akal?
Bila seseorang sedang berada di jembatan
Kemudian lupa akan bahwa tujuan perjalanannya
Bukan untuk selamanya di jembatan itu.

Bukankah, di akhir jembatan itulah
Tujuan sebenarnya perjalanannya itu?

Akan ingat, orang yang mengingatnya.
Akan lupa, orang yang melupakannya.

Jika dibawah jembatan itu terbentang sungai indah menawan
Menggoda hati untuk terus berdiam diri di sana
Anginnya yang sejuk menyegarkan

Tapi duhai jiwa,
Telah tertipukah diri ini?

Engkau berada di jembatan ni bukan untuk selamanya.

Seandainya kau tahu, di akhir jembatan itu ada..
Sungai yang mengalir juga, yang jauh lebih indah...
Perhiasan yang begitu indah..
Kedamaian dan kesejukan yang tiada taranya..

Maka akan kau isi apakah bulir-bulir kehidupan ini?
Bulir-bulir amal yang akan menjadi bekal
Menjadi saksi atas kecintaannya kepada Rabb-Nya
Dalam mengarungi kehidupan hanya untuk meminta keridhoan dan rahmat-Nya.